Kecamatan Ujungpangkah merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Gresik, dimana mayoritas penduduknya bekerja sebagai nelayan dan petani. Selain itu Ujungpangkah merupakan kecamatan yang mempunyai lingkungan yang agamis. Hal ini ditandai dengan banyak pohon pesantren dan juga sekolah-sekolah yang berbasis agama. Salah satunya adalah Pondok Pesantren Al Muniroh.
Pondok Pesantren Al Muniroh Ujungpangkah dirintis dalam bentuk madrasah diniyah yang mendapat sebutan langgar panggung, yang diperkirakan berdiri sejak tahun 1942 oleh Almaghfurallah KH. Mawardi ayah dari pendiri Pondok Pesantren Al Muniroh.
Asal Nama Al Muniroh
Nama Al Muniroh sendiri bukan semata-mata diambil nama pengasuhnya, melainkan nama Al Muniroh itu diambil dari musyawarah para tokoh masyarakat pada waktu itu, seperti Kiai Mud, Ahmad Muhdi dan Muhammad Ridhwan yang mengusulkan nama pondok pesantren menjadi Tarbiyatul Athfal dan Idzharul Ulum. Namun, nama tersebut terlalu panjang, karena beberapa tokoh masyarakat tersebut menginginkan nama yang simple dan mudah diingat, jadi Muhammad Human mengusulkan nama pondok pesantren tersebut adalah Al Muniroh dan disepakati bersama.
Pada perkembangan-perkembangan selanjutnya, para santri yang datang tidak hanya dari masyarakat Ujungpangkah dan lingkungan sekitarnya, akan tetapi mereka datang dari daerah yang jauh dari pesantren tersebut dengan membawa bekal keperluan hidupnya selam berada di asrama dan dan selama pencarian ilmu agama Islam di pondok pesantren itu dengan harapan nantinya setelah kembali ke kampung halamannya telah banyak membawa oleh-oleh ilmu pengetahuan yang diberikan
kepada masyarakat demi kebaikan dan kemaslahatan bersama.
Karena tuntutan lingkungan dan zaman saat itu, salah satu putera dia KH. Munir Mawardi telah mendirikan Pondok Pesantren Al Muniroh yang lebih modern dan lebih lengkap. Kemudian lahirlah Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Al Muniroh Ujungpangkah Gresik didirikan pada tanggal 14 Desember 1981. Selain sebagai pondok pesantren, yayasan ini telah mengembangkan pendidikan yang bersifat formal.
Dengan demikian Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Al Muniroh yang berbasis salaf, maka pendidikan agama dikemas sedemikan rupa sehingga pengetahuan agama dan praktik ibadah-ibadah dikemas dalam perkembangan diri yang mengacu pada kurikulum ubudiyah.
Al Muniroh Dari Masa ke Masa
Periode Awal (1942-1946)
Pada periode awal ini merupakan awal dirintisnya Pondok Pesantren Al Muniroh yang dipimpin oleh KH. Mawardi, periode ini pondok pesantren mempunyai ciri yang masih sederhana yang dimiliki pondok baik dari seg fisik maupun non fisik. Dalam proses proses perkembangannya dapat dijelaskan sebagai berikut:
Kondisi dari segi fisik
Pada tahun 1942 kondisi masyarakat Desa Ujungpangkah yang masih mengalami krisis pendidikan agama, mereka masih sering membawa dupo ke kuburan dan mengadakan acara selametan dengan berjoget-joget. Maka KH. Mawardi berinisiatif mendirikan madrasah. Usaha pertama yang didirikan dalam mendirikan madrasah adalah mengadakan pembersihan tanah. Pada waktu madrasah itu sebelum jadi pondok pesantren bernama Pondok Ringin Anom, karena dulu Desa Ujungpangkah itu banyak sekali tumbuh pohon ringin. Madrasah mulai teratur pada masa Turmudzi yaitu salah satu teman KH. Munir Mawardi dari Blimbingan yang membantu perkembangan madrasah tersebut. Pada masa penjajahan Jepang madrasah ini berada di Jalan Kauman. Para pemuda dan masyarakat Desa Ujungpangkah belajar agama pada KH. Mawardi.
Kondisi dari segi Pendidikan
Pada masa permulaan (pertumbuhan) Pondok Pesantren Al Muniroh Ujungpangkah sistem pendidikan yang diterapkan adalah sistem pendidikan nonformal, yaitu sistem sorogan dan sistem wetonan. Para santri membentuk suatu lingkaran mengelilingi kiai yang memberikan keterangan-keterangan dari kitab yang dibaca, atau stu persatu murid maju menghadap kiai untuk belajar membaca kitab dengan diberi makna. Hal demikian pada umumnya pelajaran di pondok pesantren berlangsung dengan duduk bersila di atas tikar tanpa tulis, bangku dan kursi. Pembagian kelas belum dikenal, maka pengajarannya juga tidak ditentukan. Pada masa awal ini KH. Mawardi mulai menancapkan tradisi kepesantrenan. Kitab-kitab yang dikaji pada awal adalah menekankan pada kitab-kitab yang mengandung ketauhidan. Karena pada saat itu masyarakat Ujungpangkah sangat memerlukanilmu tauhid dengan keadaannya yang belum memahami agama Islam.
Hambatan-hambatan yang dialami pada periode awal
Dengan banyaknya santri yang berdatangan, maka banyak hambatan yang dialami di pondok pesantren ini diantaranya adalah kurangnya tenaga pengajar, kurang memadahi masalah sarana dan prasarana seperti asrama dan kamar mandi. Pada periode awal ini kurang lebih 5 tahun KH. Mawardi mengasuh pondok pesantren tersebut. Karena pada tahun 1946 KH. Mawardi wafat.
Periode Pengembangan dari Pondok Pesantren menjadi Yayasan
Pondok Pesantren (1946-1999)
Periode pengembangan ini merupakan kelanjutan yaitu masa perkembangan dan kemajuan baik dari segi fisik, non fisik maupun pendidikan. Setelah KH. Mawardi wafat, peralihan pimpinan pondok dipegang oleh KH. Munir Mawardi putera dia. Pada waktu itulah KH. Munir Mawardi mulai berperan di dalamnya. Adapun perkembangan Pondok Pesantren Al Muniroh:
Pengembangan dari segi fisik
Setelah itu, pada tahun 1954 Jepang kalah dan madrasah pindah disebuah tanah waqaf dari masyarakat Ujungpangkah sendiri. Usaha yang dicurahkan oleh KH. Munir Mawardi dalam membina pesantren, ternyata mendapat simpati dan partisipasi masyarakat Ujungpangkah. Sehingga sedikit demi sedikit pesantren semakin berkembang. Hal ini semata-mata hasil kerja sama antara KH. Munir Mawardi bersama masyarakat Desa Ujungpangkah serta para santrinya yang turut serta gotong-royong dalam mencurahkan tenaganya.
Pondok Pesantren Al Muniroh dirintis dalam bentuk Madrasah Diniyah yang mendapat sebutan langgar panggung. Perkembangan selanjutnya karena tuntutan lingkungan dan zaman saat itu, KH. Munir Mawardi mendirikan Pondok Pesantren Al Muniroh yang lebih modern dan lengkap. Kemudian lahirlah Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Al Muniroh didirikan pada tahun 1981 yang diketuai oleh Syaiful Islam Al Ghozi dia adalah putera KH. Munir Mawardi.
Pengembangan dari segi pendidikan
Pada periode pengembangan ini, sistem pendidikan yang diterapkan di Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Al Muniroh mulai berkembang dan semuanya terorganisis tidak seperti periode awal, disamping diperlakukan sistem sorogan dan wetonan juga diterapkan sistem klasikal, yaitu sistem yang anak didik atau santri berkumpul dalam suatu ruangan kemudian kiai memberikan materi dihadapan santri dan murid-muridnya. Sistem klasikal seperti di atas, dilaksanakan di Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Al Muniroh pada malam hari setelah salat isya. Sistem ini berbeda jauh dengan sistem sorogan, dalam sistem sorogan para santri mempunyai tingkat pengetahuan yang berbeda-beda dan usianya juga berbeda-beda. Dalam sistem klasikal ini guru atau pengasuh memperhatikan kemajuan para santrinya dengan jalan mengadakan ulangan atau ujian pada waktu-waktu tertentu.
Dengan adanya sistem klasikal sebagaimana yang berlangsung, tidak berarti pondok pesantren menghilangkan sistem sorogan sama sekali, akan tetapi masih tetap dijalankan dalam mempelajari Alquran sebagai pelajaran harian guna memperoleh kecakapan khusus dalam membaca kitab suci tersebut. Pelajaran ini merupakan pelajaran tambahan selain di sekolah.
Kepengurusan Awal yang Lebih Baik
Tahun 1981 merupakan tahun yang sangat bersejarah bagi Pondok Pesantren Al Muniroh karena mulai tahun ini Pondok Pesantren Al Muniroh mengadakan perubahan yang cukup mendasar sekaligus perluasan ruang lingkup kawasan penididikan yang dimikinya, baik lingkup pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Dalam segi organisasi pendidikan, secara total diubah dari cara-cara yang sederhana dan apa adanya menuju cara-cara pengelolahan pendidikan dengan sistem yang lebih modern sesuai dengan tuntunan zaman. Hal ini mulai sekarang dikenal dan dipraktekkan cara-cara modern yang lebih rasional.
Susunan pembina, kepengurusan dan pengawas Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Al Muniroh pada tanggal 14 Desember 1981 adalah sebagai berikut:
Penasehat :
- KH. Munir Mawardi
- Dawam Rosidi
- Drs. Abdullah Munir
- H. Jazem
Ketua Umum : H. Halim Munir
Ketua I : H. Husaini Bawafi
Ketua II : Muhammad Adlanil Muhtar
Sekretaris I : Fuat Hakim
Sekretaris II : Khoirul Fata
Bendahara I : Mohammad Jamil
Bendahara II : Hasan Musthofa
Anggota-anggota :
- Abdullah Faishol
- Mohammad Sa’roni
- Afif sah
- Mahmudi Ambar
- Muhlas
- Kirom
Dinamika Pondok Pesantren Al Muniroh terlihat ikut berubah secara meyakinkan. Perubahan orientasi pondok pesantren itu terlihat bukanlah suatu perubahan mengikuti pola perubahan masyarakat, akan tetapi suatu pola perubahan antisipasi ke depan agar tidak tergilas oleh laju perkembangan masyarakat. Dengan tetap disemangati oleh keinginan kuat untuk merealisasikan ajaran-ajaran Islam bagi perkembangan yang sedang berubah tersebut, inilah yang disebut sebagai misi berkembang.
Kegiatan pendidikan yang dimiliki oleh Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Al Muniroh telah dikatakan cukup, yakni:
Pendidikan sekolah
Yakni mulai didirikan pada tahun 1942-1983. Pertama dibangunlah Taman Kanak-Kanak (TK), Madrasah Ibtidaiyyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Atas (SMA). Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum Departemen Agama.
Pendidikan pesantren
Pendidikan pesantren dilakukan ketika mereka berada di pondok pesantren (asrama). Materi yang diajarkan dan kitab yang digunakan dalam kegiatan pendidikan pesantren antara lain: Madrasah Diniyah, Alquran, tartil dan tilawah beserta tajwidnya.
Kegiatan ekstrakulikuler atau keterampilan
Kegiatan ini meliputi kegiatan seni dan keagamaan diantanya adalah:pagar nusa, kelompok bimbingan ibadah haji, baca salawat, istighosah, baca manaqib dan tahlil dan khusus santri putri belajar menjahit, dan merias.
Ciri khas utama kajian pondok pesantren
Ciri khas kajian utama Pondok Pesantren Al Muniroh adalah kajian kitab kuning, penekanan pada pelajaran fiqih Fathul Qarib, Fathul Mu’in, Tafsir Jalalain dan Alquran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar